RBAN dan Empat Hari yang Tak Terlupakan di Pekan Literasi Bung Hatta Tahun 2025
Bagi Rumah Baca Anak Nagari (RBAN), Agustus bukan sekadar bulan kemerdekaan. Sejak lima tahun terakhir, bulan ini selalu menghadirkan agenda istimewa: menjadi bagian dari perayaan kelahiran Bapak Proklamator, Mohammad Hatta. Kepercayaan tersebut datang dari UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta—unit pelaksana teknis Perpustakaan Nasional RI di Bukittinggi—yang setiap tahun memberi ruang bagi RBAN untuk mengisi stan literasi dalam rangkaian peringatan sang tokoh bangsa. Tahun ini, kehormatan itu kembali diberikan kepada RBAN dalam momentum peringatan kelahiran Bung Hatta ke-123.

Tahun ini, di usia ke-123 Bung Hatta, RBAN kembali hadir dengan energi yang tak pernah pudar. Selama empat hari, stan kecil mereka berdiri di tengah riuh perayaan yang bertema Pekan Literasi Bung Hatta Tahun 2025, menjadi etalase sederhana yang memajang wajah gerakan literasi di nagari. Profil RBAN, cerita perjalanan sejak berdiri delapan tahun lalu, program-program yang telah dijalankan, hingga prestasi yang diraih—semuanya tersaji dalam sudut-sudut stan.
Namun yang paling menyita perhatian pengunjung adalah deretan koleksi bacaan lama: majalah-majalah tahun 80-an yang kertasnya mulai menguning, serta buku-buku terbitan Balai Pustaka yang menyimpan aroma nostalgia. Setiap lembar seolah menjadi jembatan waktu, membawa pembaca kembali ke masa ketika literasi buku-buku dicetak di mesin-mesin tua dan dibaca di ruang keluarga yang sederhana.

Hari kedua menjadi momen tak terlupakan. Di sela kesibukan seminar kebangsaan tentang Bung Hatta, Kepala Perpusnas RI, Prof. E. Aminuddin Aziz, MA, Ph.D., menyempatkan diri singgah ke stan RBAN. Senyum hangatnya menyapa para pegiat, sebelum beliau membubuhkan pesan penyemangat di buku tamu. “Semoga tetap bersemangat untuk mengawal pencerdasan masyarakat melalui literasi,” tulisnya, meninggalkan jejak yang akan selalu dikenang oleh RBAN.

Tak berhenti di situ, kejutan lain datang dari putri bungsu Bung Hatta, Ibu Halida Hatta. Seusai menjadi narasumber, beliau berjalan mendekat, menelusuri setiap koleksi, dan berbagi kata-kata penguatan. “Maju dan kreatif terus,” ucapnya, meneguhkan langkah RBAN untuk terus menyalakan api literasi.
Di tengah keramaian perayaan, RBAN bukan hanya membuka stan, tetapi juga membuka pintu bagi siapa saja yang ingin mengenal literasi dari dekat. Karena bagi mereka, merayakan Bung Hatta bukan hanya mengenang sejarah, melainkan menghidupkan nilai-nilai yang beliau wariskan—kesederhanaan, kecerdasan, dan cinta pada pengetahuan.
Salam Literasi!
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.