Di Balik Deru Hujan: Cerita Pengabdian di Rumah Baca Anak Nagari
Akhirnya, rangkaian program pengabdian masyarakat selama tiga hari yang dijalankan 40 mahasiswa dan mahasiswi Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar di Rumah Baca Anak Nagari (RBAN) resmi berakhir dengan lancar (19–21/11/25). Hujan yang setia turun sejak hari pembukaan tak sedikit pun meredupkan semangat mereka. Justru, rintik yang jatuh tanpa jeda itu seolah menjadi latar syahdu bagi kerja-kerja sunyi yang berlangsung di dalamnya.
Sejak pagi hingga larut malam, para mahasiswa bergulat dengan tumpukan buku dan data. Mereka mengolah bahan pustaka, mulai dari katalogisasi hingga pelabelan koleksi RBAN—terutama 1.000 Bahan Bacaan Bermutu yang diterima dari Perpusnas RI pada 2024. Di ruang baca sederhana itu, deru hujan berpadu dengan suara halaman yang dibalik; kolaborasi tersebut berubah menjadi pengalaman belajar yang bukan hanya teknis, tetapi juga emosional.
“Walaupun ini kali pertama kami melakukan program pengabdian seperti ini, kami sangat senang karena mendapatkan pengalaman baru. Mudah-mudahan program serupa bisa terus berlanjut ke depannya,” ungkap Abdi, Ketua Pelaksana Program Library Sinergi 2025.
Program Library Sinergi 2025 merupakan kolaborasi resmi antara Rumah Baca Anak Nagari dan Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Adab, UIN Mahmud Yunus Batusangkar. Seluruh pendanaan pada program yang mengusung tema “Grow Up Together: Literasi dan Keterampilan Masa Depan” ini berasal dari universitas dan dialokasikan kepada HMPS IPII sebagai pelaksana kegiatan.
“Kami sangat senang dan merasa terbantu dengan program ini. RBAN menjadi wadah bagi adik-adik mahasiswa untuk mempraktikkan disiplin ilmu mereka. Walaupun kami hanya bisa membantu dari sisi penginapan bagi 40 mahasiswa tersebut, kami tetap merasa bangga dapat berkontribusi,” ujar Hasan, Ketua RBAN.

Bayangkan saja, dengan kekuatan 40 mahasiswa selama tiga hari, lebih dari 1.000 koleksi buku berhasil diselesaikan proses input ke sistem hingga pelabelannya. Sebuah pencapaian yang tak hanya meringankan kerja-kerja RBAN, tetapi juga meninggalkan jejak pengalaman yang menguatkan bagi semua yang terlibat.
Di akhir kegiatan, halaman RBAN yang basah oleh hujan seolah menyimpan cerita tentang perjumpaan, kerja sama, dan semangat muda yang tidak pernah padam. Tiga hari mungkin terasa singkat, namun jejaknya panjang. Para mahasiswa pulang dengan pengalaman yang memperkaya, sementara RBAN melangkah lebih ringan dengan rak-rak buku yang kini lebih tertata. Di antara rintik hujan dan tumpukan buku yang telah dibereskan, terselip harapan bahwa kolaborasi seperti ini tidak berhenti sampai di sini, melainkan tumbuh menjadi gerakan literasi yang terus mengakar dan menguatkan.
Salam Literasi !


Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.