Nadhif, Pemustaka Cilik yang Setia ke Rumah Baca Anak Nagari
Siang itu, suasana Rumah Baca Anak Nagari (RBAN) tampak hangat. Seorang anak laki-laki bersama ayahnya masuk dengan senyum ceria. Ia adalah Nadhif, siswa kelas 2 SD Percontohan Bukittinggi, yang hampir setiap minggu tak pernah absen mengunjungi RBAN. Usai pulang sekolah, ia datang untuk mengembalikan buku-buku yang telah selesai dibaca sekaligus meminjam koleksi baru untuk dibawa pulang.
Bagi pengelola RBAN, Nadhif sudah tak asing lagi. Ia dikenal sebagai pemustaka cilik yang rajin dan penuh semangat. Dalam perbincangan singkat, matanya berbinar saat menceritakan buku-buku favoritnya. “Saya paling suka buku dari Penerbit Sygma, ceritanya seru,” ucapnya penuh antusias, merujuk pada kisah-kisah perjuangan tokoh Islam yang kerap ia baca.

Hasan, Ketua RBAN, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, riwayat peminjaman buku Nadhif memang didominasi koleksi Islami untuk anak. “Koleksi itu kami peroleh dari para pewakif yang peduli pada gerakan literasi. Dukungan seperti ini sangat berarti bagi TBM seperti RBAN,” jelasnya.
Kali ini, Nadhif kembali meminjam enam buku sekaligus. Meski aturan resmi RBAN membatasi peminjaman individu hingga tiga buku selama tujuh hari, fleksibilitas tetap diberikan, terutama bagi pemustaka yang tekun. Apalagi RBAN, yang berdiri sejak 2017, selalu berusaha menjaga ruang baca ini agar ramah dan terbuka bagi siapa saja.
Tak hanya untuk individu, RBAN juga melayani peminjaman kolektif bagi sekolah dan komunitas, dengan kuota hingga 100 judul buku selama 30 hari. Koleksi yang dimiliki pun semakin kaya, terutama setelah menerima bantuan Bahan Bacaan Bermutu (B3) dari pemerintah pada 2024, berupa 1.000 buku dan satu rak. Koleksi itu terbukti memberi dampak signifikan, banyak sekolah dan komunitas kini rutin meminjam buku secara kolektif setelah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan RBAN.

Sore harinya, RBAN kembali kedatangan tamu. Kali ini, Kepala SD Negeri 18 Cimpago Guguk Bulek Kota Bukittinggi bersama dua pengelola perpustakaan sekolah hadir untuk menandatangani MoU kerja sama layanan perpustakaan keliling. Melalui kesepakatan tersebut, sekolah dapat meminjam 100 judul buku dari RBAN dengan durasi 30 hari. Program serupa sebelumnya juga telah berjalan dengan sejumlah sekolah di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, sebagai bentuk nyata sinergi dalam memperluas akses literasi.
Bagi RBAN, figur seperti Nadhif adalah gambaran sederhana namun penuh harapan, anak-anak yang tumbuh dekat dengan buku sejak dini. Ia menjadi bukti bahwa gerakan literasi bukan sekadar tentang banyaknya koleksi, melainkan tentang hadirnya ruang yang membuat anak-anak nyaman untuk membaca, bermimpi, dan belajar. Dari tangan-tangan kecil seperti milik Nadhif, masa depan literasi bangsa sesungguhnya sedang ditulis.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.