Kak Hernan, Relawan yang Setia
Catatan perjalanan Rumah Baca Anak Nagari (RBAN) yang kini memasuki usia delapan tahun menyimpan begitu banyak kisah—kisah literasi yang menghadirkan sosok-sosok penting yang tanpa henti berkontribusi bagi gerakan membaca di Nagari Gadut, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dari sekian banyak nama yang pernah hadir dan mengukir jejaknya, ada satu sosok yang selalu muncul dalam ingatan: Hernan Pratama, atau yang akrab disapa Kak Hernan.
Perjalanan RBAN sulit dilepaskan dari kiprah pemuda 25 tahun ini. Di tengah kesibukannya sebagai guru di salah satu SD di Kota Bukittinggi, ia tetap menyisihkan waktu untuk hadir, membantu, dan menghidupkan setiap denyut kegiatan literasi. Hernan bukan sekadar relawan; ia tumbuh bersama RBAN, menyaksikan sekaligus ikut menata perkembangan Taman Bacaan Masyarakat yang berdiri pada tahun 2017 itu.
Ingatannya kembali pada beberapa tahun lalu, saat ia masih berkuliah di UIN Syeikh Jamil Djambek pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Waktu itu, RBAN bukan hanya tempat membaca—RBAN adalah tujuan utama setiap kali ia memiliki waktu luang. Ia datang untuk mengakses buku, berdiskusi, dan menjadi pendamping bagi anak-anak yang ingin belajar. Semua itu menjadi rutinitas selepas kuliah, hadir dengan ketulusan yang mengalir tanpa paksaan.

Kedekatan rumah tinggalnya dengan RBAN menjadi berkah. Hanya beberapa menit berjalan kaki, Hernan sudah tiba di ruang kecil yang penuh rak buku, riuh tawa anak-anak, dan semangat belajar yang tidak pernah padam. Di ruang itu, waktu seperti berjalan perlahan. Ia bisa menghabiskan berjam-jam membacakan cerita, membantu anak-anak mengerjakan tugas sekolah, hingga menata kembali buku-buku yang baru dipinjam dan dikembalikan.
Hari ini, rutinitas itu tetap ia jalani. Sebagai relawan, Hernan masih setia mendampingi anak-anak belajar, membantu berbagai program RBAN dalam kepanitian, dan kini ia mengemban amanah sebagai pengurus RBAN bidang organisasi. Tidak berhenti di situ, Kak Hernan juga dipercaya sebagai Sekretaris Forum TBM Sumatera Barat, peran yang membuatnya terlibat dalam banyak kegiatan literasi di berbagai daerah.
Di mata banyak orang, dedikasi seperti ini mungkin terlihat sederhana. Namun di mata RBAN, kehadiran Hernan adalah kekuatan. Ia bukan hanya bekerja di balik layar; ia menjaga ruh gerakan literasi agar tetap menyala, meski di tengah kesibukan, keterbatasan waktu, atau tantangan yang datang silih berganti.
RBAN bagi Hernan bukan sekadar ruang fisik. Ia adalah tempat tumbuh, tempat belajar, tempat berbuat, sekaligus ruang yang mengokohkan keyakinannya bahwa literasi adalah jalan perubahan. Dan di balik setiap langkah yang ia ambil, ada kesetiaan yang membuatnya terus hadir, sejak masa kuliah hingga kini menjadi pendidik yang lebih matang.
Dari ruang kecil di Nagari Gadut, Kak Hernan memberi contoh bahwa gerakan literasi akan terus hidup selama ada hati yang mau merawatnya. Ia adalah bagian dari nadi itu, tenang, tulus, dan setia.
Salam Literasi!


Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.