Rumah Baca Anak Nagari dan siswa Literat Nagari Gadut
Oleh : Iswadi Syahrial Nupin
Malam dingin menyergap pinggiran kota Bukittinggi. Hujan turun dengan sangat lebat. Kopi hangat telah terhidang diatas meja. Tak lupa roti kering menemani diskusi yang hangat diiringi nostalgia masa kuliah penulis di Medan. Penulis melanjutkan diskusi yang terputus senja tadi. Diskusi masih seputar persoalan literasi Sumbar yang masih taraf level menengah dengan skor 3,61. Masih dibawah Daerah Istimewa Yogyakarta. Diskusi berlanjut tentang minat baca siswa sekolah dasar dan menengah yang masih relatif rendah terutama kebiasaan dan keterampilan membaca.
Hasan Achari Harahap, Founder Rumah Baca Anak Nagari (RBAN) menjadi rekan diskusi penulis malam itu. Beliau satu almamater dengan penulis di Universitas Sumatera Utara (USU). Beliau mengungkapkan bahwa tingkat kemampuan membaca siswa sekolah di Indonesia ini sama dengan Singapura namun yang membedakannya adalah keterampilan membaca.
Keterampilan membaca tersebut dinamakan speed reading (membaca cepat). Teknik membaca cepat ini seyogianya diajarkan kepada para siswa sekolah dasar dan menengah. Setelah ini menjadi kebiasaan umum maka membaca tidak lagi menjadi aktivitas yang membosankan tapi menyenangkan. Dengan dikuasainya speed reading maka seorang siswa dapat menamatkan secara cepat tiga buku dalam satu hari. Menguasai speed reading bukanlah hal yang mudah. Semua harus melalaui proses yang berjalan secara bertahap.
RBAN terletak di Aro Kandikir, Nagari Gadut, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam. RBAN berdiri berkat kegigihan dari seorang perempuan yang telah menorehkan segudang prestasi ditingkat lokal maupun nasional melalui gerakan literasi yang dilaksanakan di komunitas baca RBAN, Sry Eka Handayani, M.Pd adalah istri dari teman diskusi saya malam ini, Sry Eka Handayani, M.Pd. berprofesi sebagai kepala SD Negeri di kota Bukittinggi. Aktivitas keseharian yang digelutinya tidak jauh dari pendidikan dan literasi
Bermula RBAN didirikan berdasarkan permintaan anaknya yang ingin memiliki perpustakaan sendiri. Sang anak memang memiliki hobi membaca sebagaimana dirinya. Secara resmi RBAN didirikan pada 4 Desember 2017. RBAN memiliki visi misi menumbuhkembangkan minat baca dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kiprah RBAN ini dibuktikan dengan banyaknya koleksi siswa sekolah dasar dan menengah yang disediakan sebagai buku ajar dan pegangan siswa. Ketika maraknya pandemic Covid 19, RBAN menyediakan internet gratis selama pembelajaran daring berlangsung. Pengunjung perhari rata-rata 7 orang siswa atau seminggu berjumlah 40 orang. Dilihat dari prestasinya, RBAN pernah mendapatkan penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaka Loka 2021 atas dedekasi pengembangan kegemaran membaca. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Muhammad Syarif Bando selaku Kepala PNRI.
Sry Eka Handayani berharap agar literasi semakin membudaya sehingga kampung literasi dapat segera terwujud. Kampung literasi adalah kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat melek literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi keuangan, literasi teknologi informasi dan komunikasi dan literasi kewargaan dan budaya sesuai dengan kondisi masyarakat setempat (jendela.kemdikbud.go.id, 3 Oktober 2022). Seandainya apa yang dicita-citakan Sry Eka Handayani terwujud di Aro Kandikir maka untuk mewujudkan siswa sekolah dasar dan menengah yang literat bakal tidak lama lagi di Nagari Gadut Tilatang Kamang.
Fasilitas yang disediakan Kemendikbud sangat berguna mempercepat terbentuknya siswa literat. Siswa literat sejatinya adalah pembelajar yang memiliki keterampilan membaca dan memiliki kemampuan berkarya melalui tulisan baik secara tercetak maupun terdigitalisasi. Kemampuan siswa menulis dan kreatif serta inovatif dalam pengembangan teknologi informasi merupakan proses berkelanjutan dalam membentuk siswa yang literat. Siswa literat secara tidak langsung meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumbar. IPM adalah indeks komposit yang mengukur pembangunan manusia dari tiga aspek dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. IPM Sumbar (2019-2021) senantiasa meningkat selama tiga tahun terakhir. IPM Sumbar berada pada skor 72,65. IPM Sumbar termasuk kategori tinggi. Namun demikian Pemerintah Provinsi Sumbar jangan berpuas hati dulu. Pemerintah Provinsi Sumbar seyogianya menargetkan skor 80 dengan kategori IPM sangat tinggi. Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama yang erat antara RBAN dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam perlu memfasilitasi relawan RBAN untuk dapat mengikuti Seminar dan Pelatihan yang berkaitan dengan tata kelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) secara professional. RBAN seyogianya diprioritaskan untuk mendapatkan hibah koleksi buku baik dalam bentuk tercetak dan elektronik. RBAN juga dapat menjalin kerjasama dengan pengelola program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi baik D3 (Diploma Tiga) dan S1 (Strata Satu) UIN Imam Bondjol dan juga Universitas Negeri Padang agar dapat mengirimkan mahasiswanya untuk magang di RBAN.
Mewujudkan siswa literat Nagari Gadut Tilatang Kamang memerlukan sebuah proses yang harus sabar diharapi bersama. Kerjasama yang erat antara RBAN dengan pemangku kebijakan sangat urgen untuk dilakukan. Kegiatan RBAN yang sustainable mutlak diperlukan untuk mempercepat terbentunya masyarakat literat di Nagari Gadut Tilatang Kamang. Terakhir, kita perlu merenungkan kembali quote Taylor Ellwood, pesulap kondang Amerika Serikat. Literacy is not just about reading, writing and understanding. It’s about culture, professionalism and social views. Literasi bukan hanya tentang membaca, menulis dan memahami. Ini tentang budaya, profesionalisme dan pandangan sosial. Semoga Nagari Gadut Tilatang Kamang memperoleh predikat Kampung Literasi Nasional dari Kemendikbuddikti.
Penulis : Nama : Iswadi Syahrial Nupin Institusi : UPT. Perpustakaan Unand Akun medsos : @Iswadinupin (Instagram)