Peran Kantong-Kantong Literasi di Era Ekonomi Digital
Pertumbuhan ekonomi dunia berkaitan erat dengan kemajuan teknologi di zamannya. Kecanggihan teknologi mengubah cara-cara manusia berinteraksi dalam bidang yang sangat vital bagi kehidupan manusia yaitu ekonomi. Produk-produk yang dihasilkan dari perangkat teknologi sangat bervariasi serta cara pemasaranya juga berubah dari sebelumnya. Dahulu kita mengenal iklan suatu produk di media televisi atau radio, tapi sekarang, di era yang serba digital iklan-iklan produk berpindah ke alam digital (internet) baik melalui website dan media sosial (instagram, facebook, atau channel youtube). Masyarakat digital juga melakukan transaksi ekonomi dengan mudah dan cepat tanpa harus bertemu, memanfaatkan jaringan internet melalui platform marketplace, pembeli dan penjual hanya cukup menggunakan smartphone miliknya untuk melakukan transaksi tersebut.
Ekonomi digital juga dirasakan oleh Indonesia. Negara yang termasuk 5 besar yang memiliki penduduk terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat dengan populasi penduduk 277,7 juta jiwa dan pengguna internet sekitar 204,7 juta jiwa (menurut laporan we are sosial). 73,7 % dari populasi penduduk yang menggunakan internet merupakan bukti bahwa ekonomi digital Indonesia merupakan pasar besar bagi pelaku ekonomi bukan hanya Indonesia tapi bagi dunia. Indonesia merupakan pasar menjanjikan bagi pelaku ekonomi digital dunia untuk melebarkan sayap-sayap bisnisnya. Kita pasti telah mengenal ebay.com, amazon.com, Aliexpress, Zalora, olx.com sebagai platform e-commerce dunia dan untuk e-commerce Indonesia seperti Shopee, Bukalapak, Lazada, Tokopedia dan banyak lagi marketplace Indonesia, mungkin kita juga telah melakukan transaksi di platform e-commerce tersebut. Banyaknya pelaku e-commerce membuktikan besarnya peluang dan ketatnya persaingan antara pelaku bisnis tersebut.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh masyarakat digital Indonesia di era disrupsi digital bukan hanya permasalahan infrastruktur teknologi digital saja, akan tetapi, bagaimana masyarakat digital Indonesia tidak lagi menjadi penonton dari kemajuan teknologi digital ini. Masyarakat Indonesia mempunyai kemampuan untuk menggunakan, menemukan, memahami, dan menciptakan informasi dalam menggunakan teknologi digital yaitu dengan literasi digital.
Literasi digital harus dikampanyekan pada masyarakat Indonesia sebagai solusi menghadapi disrupsi digital yang semakin nyata hadir ditengah-tengah kehidupan kita termasuk dalam bidang ekonomi. Masyarakat harus dipahamkan betapa pentingnya literasi digital untuk menghadapi perubahan ekonomi dunia di era digital. Pemanfaatan perangkat dan aplikasi digital untuk ekonomi masyarakat harus lebih ditingkatkan. Teknologi digital bukan hanya dipakai untuk membuat status di media sosial saja, menghabiskan waktu menonton hal-hal yang tidak bermanfaat di youtube atau bermain game online hingga waktu terbuang sia-sia, tetapi dengan memperkenalkan literasi digital di masyarakat, maka akan tumbuh UMKM yang memanfaatkan aplikasi digital sebagai platform pemasarannya, hadirnya konten kreator yang menyajikan video bermanfaat bagi subscribernya atau masyarakat pedesaan yang memproduksi barang dan jasa bisa ikut terlibat untuk memasarkan produknya di internet secara tepat.
Mengkampanyekan literasi digital bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah saja. Seluruh lapisan masyarakat juga sangat berperan demi terwujudnya masyarakat digital Indonesia. Kantong-kantong literasi seperti rumah baca, perpustakaan, sudut baca, pojok baca atau taman baca harus hadir ditengah-tengah masyarakat sebagai oase bagi mereka yang masih kebingungan dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat disekitarnya termasuk dalam bidang ekonomi digital. Kantong-kantong literasi mempunyai peran vital sebagai pusat pendidikan informal yang mengkampanyekan literasi digital di masyarakat.
Wadah-wadah literasi harus memasukkan literasi digital sebagai salah satu program dalam kegiatanya. Ada 3 hal yang bisa dijalankan oleh kantong-kantong literasi untuk menumbuhkan ekonomi melalui literasi digital di masyarakat. Hal-hal tersebut berupa sosialisasi dan pelatihan menggunakan perangkat digital untuk menambah ilmu pengetahuan, cara memasarkan produk dan jasa, serta sosialisasi tentang keamanan bertransaksi online.
- Sosialisasi penggunaan perangkat digital untuk memperoleh ilmu pengetahuan
Dunia internet merupakan gudangnya informasi, dengan mengetik “keyword” di google maka kita akan mendapatkan ribuan informasi terkait kata yang kita inginkan, sehingga kita sering mendengar jargon “digoogling aja” jika kita kesulitan untuk mencari sesuatu. Kemudahan memperoleh informasi yang diperoleh di era digital ini tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, hanya sebagian kecil saja yang sering berselancar di google mencari informasi untuk menambah ilmu pengetahuannya.
Kantong literasi bisa mensosialisasikan kepada masyarakat terkait hal ini, bagaimana memanfaatkan search engine google untuk mendapatkan informasi yang ingin kita ketahui. Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan search engine google dengan berbagai fitur didalamnya seperti cara memfilter pencarian sampai kepada memilih website yang dipercaya menyampaikan informasi yang benar.
Selain sosialisasi dan pelatihan terkait penggunaan search engine google, kantong-kantong literasi dapat juga melakukan sosialisasi mengenai pemanfaatan buku digital untuk menambah ilmu pengetahuan dan kompetensi menuju masyarakat digital Indonesia yang siap bersaing menghadapi kompetisi ekonomi digital global.
Kantong-kantong literasi dapat juga melakukan pelatihan bagaimana menjadi blogger. Masyarakat mendapatkan pelatihan mengenai pembuatan blog, menulis, mencari ide cerita yang bisa dibagi di blog pribadi atau komunitas. Blog merupakan cara berbagi di dunia maya berupa ide, pikiran, dan opini yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat digital dibelahan dunia manapun.
- Sosialisasi dan Pelatihan menggunakan perangkat dan aplikasi digital untuk transaksi ekonomi
Kantong-kantong literasi juga harus melakukan sosialisasi dan pelatihan bagaimana memanfaatkan perangkat dan aplikasi digital untuk transaksi ekonomi. Masyarakat yang mendapatkan sosialisasi dan pelatihan ini dapat menjual produk dan jasa miliknya melalui internet dengan tepat sasaran.
Sosialisasi dan pelatihan ini berupa pemanfaatan media sosial sebagai channel pemasaran bagi produk dan jasa. Media sosial seperti whatsapp, facebook, Instagram dan youtube merupakan platform media sosial yang banyak penggunanya. Setiap pengguna smartphone pasti mempunyai akun media sosial dan akan mengakses platform tersebut setiap harinya untuk berkomunikasi dengan pengguna lain secara virtual. Banyaknya pengguna platform media sosial memberikan peluang bagi masyarakat digital untuk memasarkan produk dan jasa milik mereka secara gratis, tetapi, kompetensi penggunaan platform ini harus dimiliki oleh masyarakat digital agar pemasaran produk dan jasa bisa mendapatkan ketertarikan lebih dari pengguna yang lain. Memiliki akun media sosial untuk memasarkan produk dan jasa harus memiliki kompetensi dalam bidang desain (gambar, video), copywiriting (kata-kata promosi) dan membuat konten-konten yang bermanfaat dan menarik agar para subscriber dan follower tertarik membeli produk dan jasa miliki kita.
Selain sosialisasi dan pelatihan tentang media sosial, kantong-kantong literasi juga melakukan pelatihan pemasaran produk dan jasa dengan marketplace seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Shoppe. Marketplace memberikan peluang bagi masyarakat untuk memiliki toko virtual secara gratis yang dapat menjangkau pembeli dari belahan dunia manapun tanpa harus bertemu. Kemudahan yang ditawarkan oleh marketplace memberikan ruang bagi penduduk yang tinggal di pedesaan untuk memasarkan produk dan jasa miliknya. Seperti halnya pemasaran produk dan jasa melalui media sosial, kompetensi digital marketing seperti desain dan copywriting juga harus dikuasai oleh penjual online di marketplace.
- Sosialisasi dan pelatihan keamanan digital.
Kemudahan bertransaksi di era digital menyebabkan maraknya kejahatan cyber yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kejahatan cyber yang dilakukan bisa berupa phising, carding dan penipuan online. Maraknya kejahatan cyber ketika melakukan transaksi online salah satu penyebabnya karena kurangnya pengetahuan tentang keamanan digital. Masyarakat digital tidak memiliki kompetensi untuk memproteksi akun dengan password yang kuat, kecerobohan dalam memasukkan data-data pribadi di internet dengan meng-klik sembarangan link yang tidak jelas dan hal-hal lain yang merugikan pengguna ketika bertransaksi online. Kantong-kantong literasi harus hadir melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai keamanan digital kepada masyarakat, sehingga masyarakat bukan hanya cakap dalam melakukan penjualan secara online saja, sebaliknya dapat terhindar dari kejahatan cyber yang semakin marak terjadi di era yang serba digital.
Kantong-kantong literasi memiliki peran penting menumbuhkan ekonomi digital indonesia melalui literasi digital di masyarakat. Kecakapan digital dalam menggunakan aplikasi untuk memasarkan produk dan jasa dan kesadaran akan keamanan digital merupakan program yang harus dijalankan dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan. Para pegiat literasi yang beraktivitas di kantong-kantong literasi harus merancang program yang berkesinambungan tentang literasi digital untuk menumbuhkan ekonomi digital masyarakat. Aktivitas ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan swasta. Pihak pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus memberikan dukungan berupa kemudahan dalam perizinan bagi kantong-kantong literasi dalam mengadakan aktivitas sosialisasi dan pelatihan digital bagi masyarakat dan pemerintah juga memberikan ruang untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan pihak swasta diharapkan bisa membantu fasilitas jaringan internet gratis dan perangkat digital berupa laptop atau komputer dalam bentuk CSR.
Menjadi negara maju merupakan impian bagi negara berkembang seperti halnya Indonesia. Kriteria pertama menjadi negara maju tidaklah pembangunan infrastuktur yang merata, akan tetapi sumber daya manusia yang berkualitas untuk memajukan bangsa dan negara. Di era yang serba digital, sumber daya manusia dengan literasi digital yang baik berkesempatan untuk memenangkan persaingan ekonomi digital yang semakin ketat. Kantong-kantong literasi hadir menjadi salah satu solusi untuk menciptakan sumber daya manusia dengan kecakapan digital yang baik melalui gerakan literasi digital. Gerakan yang akan menjadikan masyarakat digital Indonesia sebagai bagian yang diperhitungkan dalam ekonomi dunia di era yang serba digital. Sosialisasi dan pelatihan literasi digital merupakan langkah kongkrit yang bisa dijalankan oleh kantong-kantong literasi untuk masyarakat sekitar. Kantong-kantong literasi merupakan bagian terkecil di masyarakat setelah lingkungan keluarga untuk melaksanakan gerakan literasi digital yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Pada tahun 2045, Indonesia genap berusia 100 tahun, sehingga pemuda-pemudi yang berusia 20-30 tahun di tahun ini akan menjadi masyarakat digital Indonesia yang sesungguhnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi suatu bangsa. Pemuda dan pemudi Indonesia sebagai generasi penerus bangsa harus memahami arti penting dari literasi digital agar Indonesia tidak menjadi penonton dari percepatan teknologi informasi yang terjadi. Pemuda-pemudi tersebut tidak terbuai dengan kemudahan-kemudahan dari disrupsi digital ini sehingga meninabobokan mereka dengan mimpi-mimpi di siang bolong. Kantong-kantong literasi yang hadir ditengah masyarakat menjadi salah satu perpanjangan pemerintah selain lembaga pendidikan formal seperti sekolah yang mengemban tugas untuk mengkampanyekan arti pentingnya literasi digital kepada generasi penerus bangsa demi mewujudkan manusia Indonesia yang unggul, berbudaya, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi demi ekonomi Indonesia yang maju dan berkelanjutan. Salam Literasi!
Bahan bacaan:
- Kusumastuti, Frida dkk.2021. Etis Bermedia Digital. Jakarta:Kementrian Komunikasi dan Informatika
- Jiwana, Gilang Adikara dkk.2021.Aman Bermedia Digital.Jakarta:Direktorat Jendral Aplikasi Informatika
- Indra, Santi Astuti dkk.2021.Modul Berbudaya Media Digital.Jakarta:Kementrian Komunikasi dan Informatika
- katadata.co.id.(2022, 23 Maret). Ada 204,7 Juta Pengguna Internet di Indonesia Awal 2022. Diakses pada 06 Mei 2022, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-juta-pengguna-internet-di-indonesia-awal-2022#
- go.id. 5 Tantangan Digital Ekonomi di Indonesia. Diakses pada 06 Mei 2022, dari https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/5-tantangan-digital-ekonomi-di-indonesia